HEADLINE
Mode Gelap
Artikel teks besar

Kecamatan Leles: Kelezatan Burayot dan Pelestarian Budaya Sunda

Gambar: Karenita Fortina Maulani/Garuters.id

Kecamatan Leles, salah satu destinasi menawan di Kabupaten Garut, Jawa Barat,  perpaduan sempurna antara kuliner, budaya, dan kehidupan masyarakat yang dinamis. Berjarak hanya 13 kilometer dari pusat kota Garut, Kecamatan Leles dikenal sebagai pusat produksi burayot, camilan manis-gurih yang jadi andalan orang Sunda. Selain itu, warisan budaya kayak Candi Cangkuang dan Kampung Adat Pulo menjadikan Leles sebagai magnet wisata buat para wisatawan. Mayoritas masyarakat Leles bermata pencaharian sebagai petani, pedagang, dan pengrajin, mencerminkan semangat kewirausahaan lokal. Artikel ini ajak kamu menyelami kelezatan burayot, kekayaan budaya, dan potensi ekonomi yang buat Leles istimewa. Yuk, jelajahi pesona Leles yang autentik!


Profil Kecamatan Leles

Geografi dan Demografi

Kecamatan Leles, salah satu dari 42 kecamatan di Kabupaten Garut, terletak di utara Garut, jadi gerbang strategis menuju Garut. Wilayah ini berbatasan sama Kecamatan Kadungora di utara, Tarogong Kaler di selatan, Cibatu di timur, dan Wanaraja di bagian barat. Dengan luas 6.524,502 hektare, Leles mencakup 12 desa: Cangkuang, Salamnunggal, Ciburial, Haruman, Margaluyu, Sukarame, Lembang, Kandangmukti, Cipancar, Jangkurang, Dano, dan Cikalong.

Menurut BPS Garut tahun 2020, Kecamatan Leles dihuni oleh 88.585 jiwa, terdiri dari 45.156 laki-laki dan 43.429 perempuan, dengan 28.155 kepala keluarga. Kepadatan penduduk sekitar 1.357 jiwa per kilometer persegi menunjukkan wilayah yang cukup ramai namun masih asri.


Posisi Strategis

Berjarak 13 kilometer dari ibu kota kabupaten dan 50 kilometer dari Bandung, Leles punya aksesibilitas yang mendukung perkembangan ekonomi dan pariwisata. Alun-alun Leles, sebagai pusat kegiatan, dikelilingi Masjid Besar Leles, Kantor Urusan Agama (KUA), sekolah, dan pasar tradisional. Tata ruang ini mencerminkan konsep kota kuno Sunda, sebagaimana dijelaskan Infogarut.id, dengan lembaga keagamaan, pendidikan, dan ekonomi mengelilingi pusat kota.


Mayoritas Pekerjaan Masyarakat Leles

Mata Pencaharian Utama

Mayoritas masyarakat Kecamatan Leles kerja di sektor pertanian, perdagangan, dan kerajinan, mencerminkan karakter agraris dan kewirausahaan masyarakat Sunda. Pertanian adalah tulang punggung ekonomi, dengan komoditas utama kayak padi, jagung, dan sayuran yang dihasilkan di lahan sawah seluas ±350 hektare, didukung irigasi dari Situ Cangkuang. Petani di desa - desa kayak Cangkuang, Dungusiku, dan Karangsari manfaatkan lahan subur untuk dukung ketahanan pangan lokal.

Perdagangan juga berkembang pesat, terutama di sekitar pasar tradisional Leles. Pedagang sediakan berbagai kebutuhan pokok hingga produk lokal seperti burayot dan dodol inol. Pasar ini jadi pusat interaksi ekonomi, menghubungkan petani, pengrajin, dan konsumen. Selain itu, sektor kerajinan memberikan kontribusi signifikan, dengan pengrajin tas, bulu unggas, dan umbul - umbul yang tersebar di beberapa desa.


Kerajinan dan Usaha Kecil

Di Desa Cipancar, pengrajin bulu unggas hasilkan hiasan dan aksesori yang diminati pasar lokal. Desa Lembang, Jangkurang, Dano, Cipancar, dan Kandangmukti dikenal sama kerajinan tas tangan, sementara pengrajin umbul - umbul di Desa Leles buat dukung acara budaya dan keagamaan. Usaha kecil kayak produksi burayot, dengan merek terkenal seperti Burayot Simadu, juga jadi sumber pendapatan penting. Kegiatan ini tidak hanya meningkatkan ekonomi, tetapi juga lestarikan keterampilan tradisional.


Sektor Lain

Selain tiga sektor utama, sebagian masyarakat Leles kerja di sektor jasa, kayak transportasi rakit di Situ Cangkuang yang dikelola Paguyuban Usaha Tukang Rakit (PUTRA) Cangkuang. Sektor pendidikan dan kesehatan juga serap tenaga kerja, dengan 50 sekolah dasar, 10 SMP, dan 5 SMA/SMK di Leles, serta dua puskesmas di Leles dan Lembang. Pegawai negeri sipil, guru, dan tenaga medis turut mendukung pelayanan publik.


Potensi Kuliner: Burayot sebagai Ikon Leles

Apa Itu Burayot?

Burayot, camilan khas Kecamatan Leles, perpaduan dari tepung beras, gula aren, dan minyak kelapa yang hasilkan tekstur kenyal dan rasa manis-gurih. Bentuknya bulat lonjong dengan permukaan keriput, menyerupai “bergelantung,” sesuai nama Sunda “ngaburayot.” Proses pembuatannya libatkan penggorengan adonan dan pengangkatan dengan stik bambu, sehingga tercipta bentuk khas.


Sejarah dan Proses Pembuatan

Burayot berasal dari eksperimen masyarakat Garut dengan makanan ringan berbahan singkong atau ubi jalar, yang kemudian berkembang jadi “cemprus” sebelum disempurnakan menjadi burayot. Adonan tepung beras dicampur gula aren cair, digoreng sampai warnanya kecokelatan, dan dibentuk dengan bambu. Varian modern kayak keju, cokelat, wijen, dan kacang tanah yang tambah daya tarik.


Burayot Simadu: Ikon Kuliner

Burayot Simadu, berdiri sejak 1993, merek terkenal yang punya 33 outlet di Leles, Kadungora, dan Bandung. Dengan harga mulai Rp20.000 untuk 10 biji, burayot ini tawarkan rasa autentik dan inovatif. Wisatawan bisa lihat proses pembuatannya di Desa Cangkuang atau beli di pusat wisata Candi Cangkuang.


Simbol Kebersamaan

Burayot bukan cuman camilan, tapi juga simbol kebersamaan. Hadir di perayaan Lebaran, hajatan, atau acara keluarga, burayot memperkuat ikatan sosial. Popularitasnya sebagai oleh - oleh meningkatin ekonomi lokal, terutama buat pengrajin di Leles.


Warisan Budaya dan Wisata

Kampung Adat Pulo

Kecamatan Leles kaya warisan budaya, salah satunya Kampung Adat Pulo di Desa Cangkuang. Kompleks rumah adat Sunda ini pertahankan tradisi leluhur, dengan arsitektur tradisional dan gaya hidup yang autentik. Pengunjung merasakan suasana pedesaan Sunda yang damai, lengkap dengan nilai budaya yang terjaga.


Candi Cangkuang

Candi Cangkuang, candi Hindu abad ke-8, adalah situs bersejarah di Desa Cangkuang. Terletak di tengah Situ Cangkuang, candi ini cuman bisa dijangkau dengan rakit bambu, tawarkan pengalaman wisata unik. Candi ini adalah peninggalan penting, mengisi kekosongan sejarah antara Purnawarman dan Pajajaran.


Museum Cangkuang dan Aktivitas Wisata

Museum Cangkuang sediakan informasi sejarah lokal, sementara aktivitas wisata meliputi menyaksikan pembuatan burayot atau jelajahi kehidupan adat. Situ Cangkuang juga jadi tempat pemancingan ikan dan irigasi sawah, mendukung kehidupan masyarakat. Kombinasi wisata budaya dan kuliner menjadikan Leles destinasi lengkap.


Potensi Ekonomi Lain

Kerajinan Lokal

Selain burayot, Desa Cipancar hasilkan kerajinan bulu unggas kayak hiasan dan aksesori. Desa Lembang, Jangkurang, Dano, Cipancar, dan Kandangmukti dikenal dengan kerajinan tas, sementara umbul-umbul di Desa Leles dukung acara budaya. Kerajinan ini perkaya ekonomi kreatif Leles.


Makanan Khas Lain

Dodol inol dari Desa Cangkuang melengkapi burayot sebagai oleh - oleh. Makanan ini, bersama burayot, meningkatkan pendapatan pengrajin dan pedagang lokal, memperkuat identitas kuliner Leles.


Pendidikan dan Kesehatan

Leles memiliki 50 SD, 10 SMP, 5 SMA/SMK, dan satu perguruan tinggi swasta dengan total 17.904 siswa, mendukung tenaga kerja pendidikan. Dua puskesmas dan enam pustu memastikan pelayanan kesehatan, serap tenaga medis dan kader kesehatan.


Kecamatan Leles adalah permata Garut yang padukan kelezatan kuliner, kekayaan budaya, dan potensi ekonomi. Burayot yang manis-gurih, Candi Cangkuang yang bersejarah, dan mata pencaharian masyarakat sebagai petani, pedagang, dan pengrajin menjadikan Leles destinasi yang hidup. Seperti Selaawi dengan kerajinan bambunya, Leles tunjukkan kekayaan lokal Garut yang patut dilestarikan. Kunjungi Leles, nikmati burayot yang masih hangat, jelajahi Kampung Adat Pulo, dan dukung pelestarian tradisi Sunda buat generasi mendatang!

Posting Komentar