Nyaneut, Tradisi Minum Teh Khas Garut
Selain alam yang indah serta berbagai kuliner yang menggoda, Garut juga memiliki salah satu tradisi minum teh yang cukup terkenal. Tradisi minum teh afternoon tea ala-ala Garut disebut Nyaneut. Nama nyaneut ini berasal dari bahasa Sunda "Nyandeutkeun" yang artinya "mendekatkan" atau "mempertemukan".
![]() |
Festival Nyaneut |
Filosofi dan Sejarah Nyaneut
Nyaneut merupakan tradisi minum teh khas Garut yang dipercaya sudah ada sejak tahun 1500-an. Tradisi minum teh ini dilakukan pagi hari oleh kalangan masyarakat di kaki gunung Cikurai. Mereka menggunakan Teh Kejek yang merupakan teh khas Garut serta disajikan dalam teko atau gelas bambu.
Tradisi ini terinsporasi dari kebiasaan Sunan Gunung Jati yang sering minum teh bersama masyarakat sebelum dan sesudah berdakwah.
Dalam tradisi nyaneut, kenikmatan secangkir teh itu ditemani juga dengan berbagai "beubeutian" yaitu berbagai umbi-umbian yang rebus khas masyarakat Sunda.
Nyaneut bukan hanya sekedar kebiasaan, namun punya filosofi yang mendalam. Tradisi ini juga merupakan sebuah "ritual" untuk berkumpul dan bersilaturahmi terutama bagi masyarakat yang berprofesi sebagai petani dan pekebun. Ritual ini mengajarkan kita mengenai keseimbangan hidup dan penghormatan.
Tahapan Unik Nyaneut
Dalam ritual Nyaneut, ada beberapa tahapan unik yang harus dilakukan.- Memutar gelas: gelas diputar sebanyak dua kali searah jarum jam sebagai simbol keseimbangan hidup. Ritual memutar gelas ini menggambarkan siang dan malam atau hidup dan mati.
- Menghirup aroma: sebelum diseruput, seduhan teh wajib dihirup aromanya sebanyak 3 kali. Hal ini dilakukan sebagai simbol niat, ucapan dan perbuatan yang selaras.
- Menyeruput teh: kemudian teh diseruput sebanyak 4 kali. Masing-masing dilakukan di ujung, tengah dan pangkah lidah lalu tahan tiga detik sebelum ditelan. Tahapan menyeruput ini melambangkan empat elemen kehidupan ytiu air, tanah api dan udara.
Ritual Nyaneut ini dilakukan dalam suasana yang hening untuk menghargai teh dan suasana sekitar.
Festival Nyaneut: Lahir dari Tradisi Lokal Menuju Acara Nasional
Walaupun tradisi ini sudah ada sejak lama, namun Festival Nyaneut baru pertama kali digelar pada tahun 2024 di Kampung Situgede, Cigedug. Kemudian sempat terhenti di tahun 2020 dan kemudian kembali diadakan pada tahun 2023 dan 2024. Festival Nyaneut ini bahkan masuk dalalm program Karisma Event Nusantara dari Kemenparekraf Tahun 2023.
Festival yang diprakarsai oleh budayawan Dasep Badru Salam ini bertujuan untuk melestarikan budaya lokal dan mengenalkan afternoon tea-nya Garut kepada masyarakat.
Selain acara nyaneut, festival ini juga diwarnai oleh berbagai pertunjukan seni tari dan musik Cigedug sebagai pelestarian budaya daerah.
Festival ini memiliki dampak sosial dan ekonomi yang positif, serta mempererat hubungan antarwarga sekaligus mengapresiasi industri teh di Indonesia. Di balik setiap cangkir teh Nyaneut, terkandung filosofi tentang kehidupan dan kebersamaan yang mendalam.
Tradisi ini diharapkan dapat terus lestari dan menjadi bagian dari identitas budaya Indonesia.
Lebih Lanjut Menganai Nyaneut
Nyaneut tetap menjadi sebuah tradisi yang jauh melampaui sekadar menikmati teh. Sejak awal, ritual ini diciptakan sebagai wadah silaturahmi dan kebersamaan, khususnya bagi para petani dan pekebun teh yang menjadi tulang punggung industri teh di Garut.
Dengan lahan perkebunan seluas lebih dari 6.000 hektar yang mampu memproduksi hampir 7 ton teh per tahun, Nyaneut menjadi cara untuk mengapresiasi kerja keras mereka sambil mempererat tali persaudaraan.
Semoga tradisi ini terus lestari dan semakin dikenal luas, bukan hanya sebagai kebiasaan minum teh, tetapi juga sebagai bagian penting dari identitas budaya Indonesia yang kaya akan filosofi kebersamaan.